Oleh: Muqsi M Nasir
200314
Masa kecil
adalah masa yang paling senang dalam kehidupan seorang manusia yang lahir ke
bumi sang haliq. Tidak heran juga masa kecil yang begitu bahagia tidak pernah
bisa di ulang bahkan diganti seiring masa yang terus berjalan. Budi nama teman
sejawat yang pernah lahir kedunia seperti malaikat kecil pembawa berkah bagi
semua teman-teman, orangnya baik dan ruapawan. Begitulah sosok dia yang telah
lahir kedunia yang tanpa mengharapkan jasa siapa saja yang ingin dia bantu. Kami
selalu menghabiskan waktu seharian dengan bermain, itulah kata yang sanggup
kami camkan hanya “bermain”.
Kala itu di
hari minggu angin berhembus kencang, ladang sudah mulai lapang karena musim
panen. Layang-layang terbang tanpa menghiraukan kewajiban kami sebagai anak
dalam satu keluarga. Tiba-tiba layangan kami putus akibat angin berhembus
begitu kencang, kami berlari mengejar layang yang putus. Saat it uterus menelusuri
di berbagai pelesok kampung bahkan mata kami tidak pernah luput di atas pepohonan
yang rimbun.
Layang kami
semua berwarna-warni ada yang warna merah hijau, bahkan sampai ada warna
kecoklatan. Sesampai di hutan rimba dengan mata begitu tajam melihat layangan
kami semuanya tersangkut di atas pohon sangat besar. Kami berumbuk menyepakati
siapa yang pintar memanjat pohon jati yang sangat besar itu. Tiba-tiba ada
suara teman kami yang telat datang menghampiri kami, dia menawarkan diri untuk
memutuskan naik ke pohon tersebut. “biar saya saja yang naik ke atas pohon itu,
saya InsyaAllah bisa” pungkasnya.
Saya dan
teman-teman lainnya menunggu di bawah pohon tersebut. Tiba-tiba angin semakin
kencang tidak seperti biasanya. Kami meihat budi seperti ketakutan, ayunan
ranting pepohonan semakin kecang. Budi memengang erat ranting pohon tersebut,
ketika menaiki ranting ke atasnya tiba-tiba kaki budi terpeleset hingga jatuh
dan terbanting dengan ranting di bawahnya. Sambil budi berteriak kami terkejut dia
sudah jatuh ketanah. Waktu itu kami panik harus bagaimana menolongnya, kami
kehabisan akal untuk menolongnya. Darah terus bercucuran keluar dari mulutnya
dengan kaki tangan patah semua. Teman saya satu lagi rahmat namanya mengambil
ranting pohon untuk di ikat di kaki dan tangan yang patah serta membuat tandu
seadanya untuk di bawa pulang. Kami memohon bantuan kepada orang lain, namun
tidak ada yang bisa menolong karena tempat kejadian jauh dari pedesaan. Pada saat
itu juga budi di bawa kerumah sakit, ternyata Tuhan menghendakkan lain. Teman sejawat
telah mendahului kami untuk berjumpa dengan sang Khaliq. Kami hanya bisa
meratapi, mengenang sosok pemberani dan pemurah. Teman sejawat, kami
mengenangmu selamanya. Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar