Rabu, 19 Maret 2014

Teman sejawat “ Telah Tutup Mata”

Oleh: Muqsi M Nasir
200314
Masa kecil adalah masa yang paling senang dalam kehidupan seorang manusia yang lahir ke bumi sang haliq. Tidak heran juga masa kecil yang begitu bahagia tidak pernah bisa di ulang bahkan diganti seiring masa yang terus berjalan. Budi nama teman sejawat yang pernah lahir kedunia seperti malaikat kecil pembawa berkah bagi semua teman-teman, orangnya baik dan ruapawan. Begitulah sosok dia yang telah lahir kedunia yang tanpa mengharapkan jasa siapa saja yang ingin dia bantu. Kami selalu menghabiskan waktu seharian dengan bermain, itulah kata yang sanggup kami camkan hanya “bermain”.
Kala itu di hari minggu angin berhembus kencang, ladang sudah mulai lapang karena musim panen. Layang-layang terbang tanpa menghiraukan kewajiban kami sebagai anak dalam satu keluarga. Tiba-tiba layangan kami putus akibat angin berhembus begitu kencang, kami berlari mengejar layang yang putus. Saat it uterus menelusuri di berbagai pelesok kampung bahkan mata kami tidak pernah luput di atas pepohonan yang rimbun.
Layang kami semua berwarna-warni ada yang warna merah hijau, bahkan sampai ada warna kecoklatan. Sesampai di hutan rimba dengan mata begitu tajam melihat layangan kami semuanya tersangkut di atas pohon sangat besar. Kami berumbuk menyepakati siapa yang pintar memanjat pohon jati yang sangat besar itu. Tiba-tiba ada suara teman kami yang telat datang menghampiri kami, dia menawarkan diri untuk memutuskan naik ke pohon tersebut. “biar saya saja yang naik ke atas pohon itu, saya InsyaAllah bisa” pungkasnya.

Saya dan teman-teman lainnya menunggu di bawah pohon tersebut. Tiba-tiba angin semakin kencang tidak seperti biasanya. Kami meihat budi seperti ketakutan, ayunan ranting pepohonan semakin kecang. Budi memengang erat ranting pohon tersebut, ketika menaiki ranting ke atasnya tiba-tiba kaki budi terpeleset hingga jatuh dan terbanting dengan ranting di bawahnya. Sambil budi berteriak kami terkejut dia sudah jatuh ketanah. Waktu itu kami panik harus bagaimana menolongnya, kami kehabisan akal untuk menolongnya. Darah terus bercucuran keluar dari mulutnya dengan kaki tangan patah semua. Teman saya satu lagi rahmat namanya mengambil ranting pohon untuk di ikat di kaki dan tangan yang patah serta membuat tandu seadanya untuk di bawa pulang. Kami memohon bantuan kepada orang lain, namun tidak ada yang bisa menolong karena tempat kejadian jauh dari pedesaan. Pada saat itu juga budi di bawa kerumah sakit, ternyata Tuhan menghendakkan lain. Teman sejawat telah mendahului kami untuk berjumpa dengan sang Khaliq. Kami hanya bisa meratapi, mengenang sosok pemberani dan pemurah. Teman sejawat, kami mengenangmu selamanya. Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar