Rabu, 19 Maret 2014

Angelina; cinta satu hari “selamanya”

Oleh: Muqsi, M.Nasir
Pagi itu aku duduk di tepian laut hanya ingin menikmati pemandangan matahari pagi yang begitu menyibakkan mataku dan tak ingin melewatkan fenomena tersebut. Ketika itu saya sudah berada ditempat wisata yang aku idam-idamkan dalam hidup, terpenuhilah semua keinginan. Saat itu aku hanya duduk termangu menyaksikan kehebatan super power sang Khaliq yang menciptakan dunia ini sangat indah; begitulah pikirku.
Satu jam telah menghabiskan waktu pagi, tiba-tiba datang sosok perempuan yang sangat cantik seperti bidadari turun entah dari mana. Senyumannya merekah dan terus berjalan menghampiri aku, aku membalas senyumannya dan terus bingung serta di tambah penasaran. Siapa dia ya? “Tanya ku dalam hati” Ah mungkin senyuman itu sebagai ibadah yang diberikan untuk siapa saja “tepikku lagi”
Dua menit berlalu terbangun dalam lamunan rupanya perempuan yang senyam senyum tadi sudah berada tepat disampingku. Aku tertawa kecil sambil mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri kepadanya, Angelina nama yang anggun dan sosok perempuan ramah serta isitimewa. Kami mulai percakapan saling mengenal keduanya, ternyata dia gadis bule yang berdarah Aceh. Namun seakan tak percaya, gadis itu sangat fasih berbicara memakai bahasa Aceh.
Sudah lelah kami ngobrol sambil duduk, maka kami memutuskan untuk ngobrol sambil menelusuri keindahan pantai. Dia bercerita tentang fenomena Tsunami yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Pada tanggal 26 desember 2004 silam orang tua Angelina bermaksud mengunjungi orang tuanya ke Aceh, naas bagi mereka ajal telah menunggu mereka di tanah kelahiran. Seperti pepatah silam “pelepah dan buah kelapa tidak jauh jauh dari pohonnya” begitulah kira. Sejauh mana kita pergi ajal tetap menunggu kita lambatkah atau cepatkah.
Sehari penuh bersamanya seperti kerabat yang telah lama tida pernah jumpa begitulah akrabnya sama dia “Angelina”. Kami bercerita kesana kemari, tentang alam, kehidupan pribadi bahkan semuanya yang ingin kita ceritakan pada waktu itu. Hari mulai gelap dan kami menyaksikan sunset di tengah keakraban kami, tiba-tiba deringan handphone dia berbunyi raut wajah dia memerah seperti ada masalah. Aku berusaha tenang pada saat itu dan bertanya, kenapa wajahmu tiba-tiba memerah? Tanyaku bingung.
Dia menjawab dengan nada tersentak seakan semua suara hilang darinya, bahwa dia harus pulang kenegara dia bekerja karena ada urusan mendadak dengan bisnisnya. “Aku hanya berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan gadis Anggun sepertimu Angelina” gumamku dalam hati. Waktu berputar sangat cepat pada malam itu dan kami pulang ketempat penginapan masing-masing. Pada malam itu kami meneruskan pembicaraan lewat telpon seluler, kami seakan tak ingin melewatkan malam secara bersama walau saling berpisah tempat. Ketika jam sudah menunjukkan di atas jam 12 malam untuk beristirahat “karena besok Angelina mau kebandara” pikirku.

Pada malam itu juga rasanya aku seperti kehilangan sesuatu digenggaman padahal genggaman itu tak ingin aku lepaskan. Kesejukan pagi tiada tara menguliti seluruh rindu dan tungkai yang lelah seakan bergerak sendiri untuk mengantarkan sang bidadari untuk berpisah sekejap mungkin. “aku hanya bisa berharap dia kembali ke ketempat ini lagi” pikirku secara berulang-ulang; hanya itu. Setelah sampai ke bandara tepat waktu dan sudah menunjukkan jadwal keberangkatan Angelina pun masuk ke ruang tunggu. Saya lihat mata dia berkaca-kaca seakan tidak mau menangis dan berat meninggalkan tanah kelahiran ibunya. Saya berinisiatif untuk mengirimkan beberapa pesan rindu lewat telpon seluler untuk meyakinkan bahwa kami akan berjumpa lagi di tempat pertama bertemu. Saya hanya memandang dari jarak jauh ketika pesawat yang dia tumpangi mengudara ke langit dan tak ingin melewatkan sampai pesawat itu hilang dari pandangan mata saya. Saya beranjak pulang dengan tengkulai lesu membayangkan cinta satu hari telah pergi. Malam itu saya berniat menghubunginya lewat telepon seluler dan nomernya tidak aktif. Sambil menunggu teleponnya aktif aku menghidupkan televisi. Ketika sedang menonton siaran saya dikejutkan sebuah berita hilangnya pesawat tujuan luar negeri. Perasaan saya semakin tidak enak, kemudian saya membuka internet untuk mengecek nomer pesawat yang ditumpanginya ternyata benar. Pesawat yang ditumpanginya memangalami kecelakaan dilaut lepas dan dia termasuk salah satu penumpang pesawat yang dinyatakan hilang dan telah tiada. Pada saat itu air mataku terus berlinang dan berdo’a kepada Tuhan agar di tempatkan di sisi-Nya. Angelina, cinta satu hari dan selamanya terus melekat dibenak sang perindu. Jasadmu terus utuh di laut sana seperti mengupas rindu kita berdua, semoga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar