Oleh: Muqsi, M.Nasir
Pagi itu aku duduk di tepian laut hanya ingin menikmati pemandangan
matahari pagi yang begitu menyibakkan mataku dan tak ingin melewatkan fenomena
tersebut. Ketika itu saya sudah berada ditempat wisata yang aku idam-idamkan
dalam hidup, terpenuhilah semua keinginan. Saat itu aku hanya duduk termangu
menyaksikan kehebatan super power sang Khaliq yang menciptakan dunia ini sangat
indah; begitulah pikirku.
Satu jam telah menghabiskan waktu pagi, tiba-tiba datang sosok
perempuan yang sangat cantik seperti bidadari turun entah dari mana. Senyumannya
merekah dan terus berjalan menghampiri aku, aku membalas senyumannya dan terus
bingung serta di tambah penasaran. Siapa dia ya? “Tanya ku dalam hati” Ah mungkin
senyuman itu sebagai ibadah yang diberikan untuk siapa saja “tepikku lagi”
Dua menit berlalu terbangun dalam lamunan rupanya perempuan yang
senyam senyum tadi sudah berada tepat disampingku. Aku tertawa kecil sambil
mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri kepadanya, Angelina nama yang anggun
dan sosok perempuan ramah serta isitimewa. Kami mulai percakapan saling mengenal
keduanya, ternyata dia gadis bule yang berdarah Aceh. Namun seakan tak percaya,
gadis itu sangat fasih berbicara memakai bahasa Aceh.
Sudah lelah kami ngobrol sambil duduk, maka kami memutuskan untuk
ngobrol sambil menelusuri keindahan pantai. Dia bercerita tentang fenomena
Tsunami yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Pada tanggal 26 desember 2004
silam orang tua Angelina bermaksud mengunjungi orang tuanya ke Aceh, naas bagi
mereka ajal telah menunggu mereka di tanah kelahiran. Seperti pepatah silam “pelepah
dan buah kelapa tidak jauh jauh dari pohonnya” begitulah kira. Sejauh mana kita
pergi ajal tetap menunggu kita lambatkah atau cepatkah.
Sehari penuh bersamanya seperti kerabat yang telah lama tida pernah
jumpa begitulah akrabnya sama dia “Angelina”. Kami bercerita kesana kemari,
tentang alam, kehidupan pribadi bahkan semuanya yang ingin kita ceritakan pada
waktu itu. Hari mulai gelap dan kami menyaksikan sunset di tengah keakraban
kami, tiba-tiba deringan handphone dia berbunyi raut wajah dia memerah seperti ada
masalah. Aku berusaha tenang pada saat itu dan bertanya, kenapa wajahmu
tiba-tiba memerah? Tanyaku bingung.
Dia menjawab dengan nada tersentak seakan semua suara hilang
darinya, bahwa dia harus pulang kenegara dia bekerja karena ada urusan mendadak
dengan bisnisnya. “Aku hanya berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan gadis
Anggun sepertimu Angelina” gumamku dalam hati. Waktu berputar sangat cepat pada
malam itu dan kami pulang ketempat penginapan masing-masing. Pada malam itu
kami meneruskan pembicaraan lewat telpon seluler, kami seakan tak ingin
melewatkan malam secara bersama walau saling berpisah tempat. Ketika jam sudah
menunjukkan di atas jam 12 malam untuk beristirahat “karena besok Angelina mau
kebandara” pikirku.
Pada malam itu juga rasanya aku seperti kehilangan sesuatu
digenggaman padahal genggaman itu tak ingin aku lepaskan. Kesejukan pagi tiada
tara menguliti seluruh rindu dan tungkai yang lelah seakan bergerak sendiri
untuk mengantarkan sang bidadari untuk berpisah sekejap mungkin. “aku hanya
bisa berharap dia kembali ke ketempat ini lagi” pikirku secara berulang-ulang;
hanya itu. Setelah sampai ke bandara tepat waktu dan sudah menunjukkan jadwal
keberangkatan Angelina pun masuk ke ruang tunggu. Saya lihat mata dia
berkaca-kaca seakan tidak mau menangis dan berat meninggalkan tanah kelahiran
ibunya. Saya berinisiatif untuk mengirimkan beberapa pesan rindu lewat telpon
seluler untuk meyakinkan bahwa kami akan berjumpa lagi di tempat pertama
bertemu. Saya hanya memandang dari jarak jauh ketika pesawat yang dia tumpangi
mengudara ke langit dan tak ingin melewatkan sampai pesawat itu hilang dari
pandangan mata saya. Saya beranjak pulang dengan tengkulai lesu membayangkan
cinta satu hari telah pergi. Malam itu saya berniat menghubunginya lewat
telepon seluler dan nomernya tidak aktif. Sambil menunggu teleponnya aktif aku
menghidupkan televisi. Ketika sedang menonton siaran saya dikejutkan sebuah
berita hilangnya pesawat tujuan luar negeri. Perasaan saya semakin tidak enak,
kemudian saya membuka internet untuk mengecek nomer pesawat yang ditumpanginya
ternyata benar. Pesawat yang ditumpanginya memangalami kecelakaan dilaut lepas
dan dia termasuk salah satu penumpang pesawat yang dinyatakan hilang dan telah
tiada. Pada saat itu air mataku terus berlinang dan berdo’a kepada Tuhan agar
di tempatkan di sisi-Nya. Angelina, cinta satu hari dan selamanya terus melekat
dibenak sang perindu. Jasadmu terus utuh di laut sana seperti mengupas rindu
kita berdua, semoga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar